Kumpulan artikel seputar pertanian & perikanan

lobster air tawar pangkep

Bagaimana kabar Sahabat semua hari ini ?, tentunya semoga berbahagia dan sehat selalu. Ok langsung saja ke poko pembicaraan kita yaitu mengenai lobster air tawar pangkep."
PROSPEK USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

Ada kecenderungan perluasan usaha udang galah di beberapa daerah seperti; Bone, Takalar, dan Bulukumba, merupa-kan salah satu gambaran bahwa usaha budidaya

tersebut menguntungkan.

Dari segi teknis dan teknologi, budidaya udang galah di Sulawesi Selatan dihadapkan kepada kesulitan, karena masalah yang selalu timbul di kalangan petani

ialah tentang bagaimana membuat kondisi kolam pemeliharaan mirip atau mendekati kondisi perairan umum sebagai habitat etmpat udang galah hidup. Keakraban

antara peneliti, penyuluh, dan petani sangatlah penting, dalam rangka mengarahkan petani untuk secara disiplin melakukan/mengikuti prinsip-prinsip manajemen

kolam (sawah) untuk budidaya udang galah. Dalam praktek petani tidak mudah mengikuti disiplin seperti anjuran persyaratan budidaya udang galah. Terbukti pada

percobaan demplot budidaya udang galah di Soppeng, Takalar, dan Bone tahun 2002, 2003, dan 2004, prinsip-prinsip manajemen kolam 9sawah) tidak dapat

sepenuhnya diikuti oleh para petani, dengan berbagai alasan. Namun karena kondisi tanah dan air serta iklim yang mendukung, dengan pelaksanaan yang tidak

sempurna seperti itupun produksi udang galah yang diperoleh dari hasil panen ternyata tidak kalah dengan yang dicapai di negara-negara lain. Jika boleh

dihitung rata-rata hasilnya adalah 793 kg udang galah dan 475 kg ikan mas (Gaffar, dkk., 2003)

Di tinjau dari segi kondisi tanah, air dan ikli, budidaya udang galah di Sulawesi Selatan memiliki prospek yang bagus. Masalah teknologi hanyalah masalah

waktu untuk adaptasi. Waktu untuk adaptasi ini dapat dipercepat jika ada dorongan atau rangsangan ekonomis bagi petani sebagai pengusaha budidaya. Rangsangan

ekonomis inilah yang lebih sulit menciptakannya. Jika masalah permintaan pasar kurang memperoleh perhatian. Penggalakan promosi pemasaran udang galah baik di

luar maupun di dalam negeri perlu dilancarkan. MIsalnya untuk pasar dalam negeri, pengenalan udang galah kepada hotel-hotel berbintang dan restoran-restoran

terkenal, disertai kampanye mengenai mutu dan harga yang menarik. Melalui toko-toko swalayan dan introduksi udang galah dalam bentuk segar/hidup, didinginkan

atau dibekukan dalam kemasan yang menarik. Tujuannya ialah untuk meningkatkan harga-harga, setelah sikap konsumen dapat diubah melalui penyodoran mutu produk

yang baik, maka dengan sendirinya produksi akan meningkat, melalui budidaya.

PELUANG USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

Peluang untuk pengembangan komoditas ini terletak pada tersedianya paket teknolog, lahan alternatif berupa tambak, dan sawah (Hadie & Hadie., 1993), dan

permintaan pasar dengan harga yang menjanjika. Peluang pasar tersedia dalam dua tujuan utama yaitu pasar dalam negeri (terutama di daerah tujuan wisata) dan

pasar luar negeri, lebih dari 70% produksi adalah untuk ekspor (Ditjen Perikanan, 1995). Peluang usaha dalam budidaya udang galah terdiri atas usaha

pembenihan dan pemasaran.

Peluang Usaha Pembenihan

Benih udang galah merupakan komponen utama dalam sistem budidaya udang galah. Pada saat unit pembenihan udang galah memerlukan air payau sebagai media larva.

Oleh karena itu pembangunan unit pembenihan di pinggir pantai merupakan hal yang ideal.

Dengan modifikasi sistem resirkulasi (Hadie, et.al. 1990) unit ini dapat dikembangkan menjadi skala rumah tangga dan dapat dibangun jauh dari pantai.

Unit-unit pembenihan di Sulawesi Selatan yang ada saat ini baru dua unit, yaitu milik Dinas Perikanan Bone dan Balai Perikanan Takalar, dengan total produksi

benur sekitar 50.000 ekor/tahun, sedangkan milik swasta belum ada. Diluar Sulawesi Selatan, seperti di Jawa Barat terdapat sekitar 1 buah BBUG/UPR dengan

total produksi benur 300.000 ekor/tahun, di Jawa Tengah ada 7 buah dengan produksi benur 11.809.000 ekor/tahun, Jawa Timur ada 3 buah unit, saat ini dalam

keadaan tidak produksi disebabkan oleh kelangkaan dan penurunan mutu induk, dan Bali 9 buah dengan total produksi 7.786.000 ekor/tahun. Jumlah hatchery dan

produksinya terus bertambah sesuai dengan peningkatan benur di wilayah tersebut. Untuk propinsi Bali saja kebutuhan benih saat ini baru terpenuhi sekitar 20%

dari seluruh permintaan. Sedangkan sisanya di datangkan dari daerah luar Bali.

Hasil analisis udaha pembenihan udang galah percontohan Balitkanwar dengan kapasitas 24 ton menunjukkan bahwa rentabilitas ekonomi sebesar 10,6 % untuk

jangka waktu 45 hari jauh di atas bunga bank yang berlaku yaitu sekitar 24 %/thn. Apabila dilihat dari B/C ratio menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk

diusahakan dengan nilai 2,6 (≥1).

Peluang Usaha Pendederan

Kegiatan ini mencakup usaha sebagai penyedia benih siap tebar berukuran 1-5 gram, selain sebagai mata rantai usaha yang ekonomis, juga berdampak terhadap

pengurangan waktu usaha pembesaran (Hadie, et.al., 1990).

Pendederan dapat pula dilakukan di sawah bersama padi, sebagai "penyelang", ataupun sebagai pengganti palawija. Sebagai usaha pengganti palawija, umumnya

dilakukan pada musim kemarau, dengan waktu usaha 40-60 hari, ukuran benih saat tebar 1-5 gram dan hasil udang berukuran � 20 gram. Benih ini dapat diteruskan

pembesaranya di kolam untuk memperoleh udang galah ukuran konsumsi (Hadie et.al., 1994).

Peluang Usaha Pembesaran

Potensi lahan untuk pembesaran udang galah dapat dikembangkan hingga mencapai ketinggian 1 - 600 dpl. Jenis lahan yang sesuai untuk budidaya pembesaran udang

galah adalah kolam, sawah, sawah tambak dan tambak darat. Luas total lahan budidaya di Sulawesi Selatan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya udang galah,

mencapai anatara lain; sawah irigasi untuk minapadi � 100.000 ha, kolam � 1.235 ha, sawah tambak � 800 ha, dan tambak darat � 500 ha (BPS, Ditjen

Perikanan, 2002). Apabila 20 % saja luas tersebut dialokasikan untuk budidaya udang galah maka akan dibutuhkan sekitar � 512.675.000 ekor/mt dan produksi

yang dihasilkan dapat mencapai � 19.224 ton/tahun.

Dari hasil perhitungan analisis usaha pembesaran udang galah tersebut menguntungkan apabila dilihat dari nilai rentabilitas ekonomi yaitu sebesar 18,05%

untuk 4 bulan (satu siklus) masih jauh di atas suku bunga bank yang berlaku saat ini yaitu sekitar 24%/tahun. Nilai B/C ratio yaitu perbandingan antara

keuntungan dengan biaya sebesar 1,6 yang berarti bahwa usaha budidaya udang galah tersebut layak untuk diusulkan (nilai > 1).

Pembesaran udang galah dapat dilaksanakan secara intensif maupun ekstensif, dan juga secara terpadu dengan ayam yang biasa disebut Longyam (Gaffar, dkk.,

2004). Pembesar-an udang galah dapat dilakukan dengan sistem monokultur, polikutur, bersama padi di sawah dengan sistem minapadi jajar legowo yang di

integrasikan dengan ayam buras, atau sebagai pengganti palawija, di tambak dan sawah sebagai lahan alternatif.

Teknologi Pembesaran di Kolam

Kualitas air dan luasan kolam merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam pembesaran udang galah, Luas minimal kolam bagi aktivitas ini adalah 1.000

m2. Luasan kolam usaha juga akan berarti suatu jaminan bagi produksi dan selain itu juga merupakan strategi pasar, karena dapat mengatur panen dan volume

produksi.



Teknologi Pembesaran di Kolam Secara Terpadu

Budidaya udang galah di kolam secara terpadu ditujukan sebagai subtitusi ataupun diverifikasi komoditas (Gaffar, dkk., 2003). Kegiatan ini umumnya dilakukan

secara monokultur, polikultur, maupun terpadu dengan sektor peternakan yang dikenal dengan longyam.

Dalam usaha secara terpadu , maka strategi komoditas yang bernilai tinggi dan relung yang tersedia akan memberikan keuntungan yang besar. Tujuan utamnya

agar ikan yang dipelihara bersama udang tidak bersifat predator tetapi saling menguntungkan.

Teknologi Pembesaran di Sawah

Pemeliharaan di sawah umumnya singkat dan terbatas. Singkat karena waktu yang tersedia tidak bisa sepanjang musim tanam padi, dan terbatas karena harus

memperhatikan padi sebagai komoditas utama (Gaffar, dkk., 2002).

Dengan demikian usaha untuk penyediaan benih siap tebar cocok dilakukan di sawah, baik bersama padi (Suharto, et.al., 1992), maupun pengganti palawija (Hadie

et.al., 1993), ataupun dengan sistem minapadi jajar legowo, yang sekaligus di introduksikan dengan ayam atau itik dengan sistem parlabek (Gaffar, dkk.,

2003).

Pemeliharaan udang galah khusus-nya sebagai pengganti palawija, merupa-kan sistem pemeliharaan yang sangat tepat, baik waktu maupun konstruksi pema-tang

sawah tidak ubahnya dengan kolam biasa yang dapat diatur kedalam airnya, terbebas dari tanaman padi dan waktu pemeliharaan lebih panjang � 60 hari.

Teknologi Pembesaran di Sawah Tambak

Sawah tambak (bono rowo) merupakan suatu lahan spesifik lokasi, yakni terutama di daerah pasang surut yang pengairannya tergantung dari sarana drainase

(pompa). Luas total sawah tambak (konversi lahan sawah menjadi tambak) untuk empat Kabupaten (Maros, Pangkep, Barru, dan Pinrang) luasnya � 800 ha.

Komoditas yang umum diusahakan dalam sawah tambak adalah bandeng, ikan mujair, ikan nila, dan sedikit udang windu. Pemeliharaan udang galah yang dilakukan

secara polikultur dengan ikan lebih menguntungkan dibanding dengan monokultur ikan atau udang windu (Suharto & Ardjadipura., 1990). Introduksi unit

pembenihan skala rumah tangga ke daerah sawah tambak juga merupakan sarana untuk mendukung program pengembangannya (Suharto, et.al, 1994).

Kapasitas produksi benih dari skala rumah tangga ini adalah sebesar 250.000 ekor per tiga bulan (pada kapasitas penuh), maka dalam satu tahun maksimal

mencapai 1.500.000 ekor benih yang adpat mensuplai 20 hektar sawah tambak.

Teknologi Pembesaran di Tambak Darat

Tambak atau khususnya tambak darat dengan kondisi perairan berkadar garam 10 per mil merupakan daearh yang ideal untuk mengembangkan udang galah dilihat dari

segi kimiawi dan biologi (New & Singholka, 1985). Tingkat keberhasilan pembesarannya di tambak terutama terletak pada keberhasilan adaptasi benih di dalam

perairan payau. Hal ini penting karena pada umumnya penampungan benih hingga pendederan menggunakan media air tawar. Kegagalan budidaya udang windu di pantai

Barat dan Timur Sulawesi Selatan, telah menyebabkan sekitar 40% tambak menjadi terlantar. Penggunaan tambak sebagai tempat pemeliharaan udang galah mempunyai

prospek yang sangat baik, mengingat luas dan luasan per unit cukup besar.

PELUANG PEMASARAN

Pemasaran benih udang galah masih terbuka untuk daerah Sulawesi Selatan. Pangsa pasar udang galah konsumsi terdiri atas pasar lokal dan ekspor. Pangsa pasar

lokal seperti ; kebutuhan rumah tangga (perumahan), hotel, dan restoran . Khusus daerah Bali sebagai daerah wisata, permintaan lokal untuk udang galah

konsumsi baru bisa dipenuhi sekitar 20% dari total permintaan dalam satu tahun.

Pasar ekspor hasil perikanan tercatat 50% ditujukan ke Jepang, Singapura, USA, Jerman, Perancis, Tiwan, Belgia, Australia, Belanda, Hongkong, dan Thailand.

Untuk komoditas udang galah pasar luar negeri masih terbuka lebar. Khususnya pasar Eropa, maka berdasarkan Keputusan Komisi No. 94/324/EC yang telah

terdaftar legistation dengan No. 145 tertanggal 10 Juni 1994, bahwa Indonesia telah disetujui sebagai negara pengekspor perikanan ke Eropa (Hadie, et.al.,

2001).

DUKUNGAN HASIL PENELITIAN

Program pemuliaan udang galah yang dilaksanakan oleh Balitkanwar telah menghasilkan varietas udang galah yang cepat tumbuh dan mempunyai edible portion yang

lebih baik. Varietas udang galah tersebut mempunyai keunggulan dalam produktivitas yaitu 30% lebih tinggi dibandingkan dengan udang galah dari stok petani.

Dengan demikian pemanfaat-an varietas baru dari udang galah yang akan di-release oleh Menteri Kelautan dan Perikanan akan berdampak terhadap perbaikan

kualitas benih dan peningkatan produksi udang galah (Hadie, et.al., 2001).

Hasil penelitian Mudjiman (1986) dengan padat penebaran 21.000 ekor/ha, lama pemeliharaan 6 bulan dapat dipanen 600 kg untuk sistem monokultur di tambak

sawah. Petani-petani Sith Caroline, Amrika Serikat, pada tahun 1981 mencoba memelihara udang galah dengan padat penebaran 4 - 6,5 ekor/m2 , hasilnya berkisar

155 - 900 kg/ha, dengan kelulusan hidup 44,2 % (smith, et.al., 1981). Di Thailand budidaya udang galah sudah lebih maju, namun dinyatakan bahwa pakan

merupakan komponen biaya yang paling besar (Taechanuruk dan Stickeney, 1982). Di Texas, Amerika Serikat dengan padat penebaran 9 ekor / m2 menghasilkan 1.120

kg/ha dengan sistem monokultur, sedang dengan sistem polikutur plus ikan 1 ekor/m2 menghasilkan 2.240 kg/ha (Rouse dan Stickeney, 1982). Di Hawai pada tahun

1982 budidaya udang galah sudah memasuki dekade kedua dan tahun 1981 sudah terdapat 100 ha kolam yang dikelola oleh 27 petani udang dengan hasil udang galah

sebanyak 129,5 ton (paterson, et.al., 1982). Di Thailand pada tahun 1980 sudah terdapat 200 petani udang galah, dengan produksi pada tahun 1979 diperkirakan

245 ton; harga rata-rata sekitar US$ 10 - 12,5/kg (Singolka, et.al., 1980).

Budidaya degan sistem campur-an dengan ikan Karper menghasilkan 3.619 kg/ha (Buck, et.al., 1980). Juga dapat dipelihara dengan sistem campuran bersama ikan

Lele (cat fish) (Miltner, et.al., 1981). Bahkan dapat dipelihara di Oasis, Sudi Arabia (Howlader and Turjoman., 1982). Di Indonesia budidaya udang galah

telah dicoba dibayanyak tempat, baik didataran rendah mau[pun di dataran tinggi. Tingkat pertumbuh-annya cukup baik, namun karena harga udang galah waktu

itu rendah (sekitar US$ 2,0 - 2,8 per kg), maka per-kembangannya budidaya jenis udang ini kurang pesat. Tetapi nanti pada akhir tahun 2000, harga udang galah

cukup menggembirakan karena sudah ada investor di Bali yang sudah berani membeli uadng galah Rp 45.000 - Rp 48.000/kg, sedangkan limbahnya sendiri (kepala

udang galah) dapat dibeli seharga Rp 4.000/kg. Dikabupaten Tasikmalaya mulai pada tahun 1989 budidaya udang galah dengan sistem campuran bersama ikan jenis

Tawes dan Nilem telah dicoba untuk dimasyarakatkan, dan sampai tahun 200 sudah berkembang dengan pesatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. Statistik Perikanan Indonesia. Statistik propinsi. Jakarta

Direktorat Jenderal Perikanan, 2002. Statistik Perikanan Indonesia, Jakarta. Biro Pusat Statistik, Jakarta

Gaffar, A.T.,&A. Sudiro., 2001. Suatu pemikiran pembangunan perikanan SulSel melalui usaha budidaya udang galah dalam keramba apung di perairan umum.

Makassar

Gaffar, A.T., dan A.M. Pasaribu., 2002. Kajian adaptasi udang galah dan ikan mas di sawah dengan sistem minapadi jajar legowo di Kab. Soppeng, Jurnal

Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. PSE. Bogor.

Gaffar, A.T., S.Saleh., & Ilham., 2002. Pengaruh dosis pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang galah (M. rosenbergu) pada sistem

usahatani minapadi. Makassar

Gaffar, A.T., Sy.Soadiq., & Makmur., 2002. Pengaruh kombinasi padat penebaran terhadap pertumbuhan dan sintasan udang galah (M.rosenbergii) pada sistem

usahatani minapadi. Makassar.

Gaffar, A.T., & A.M. Psaribu., 2002. Pengaruh baris tanam jajar legowo terhadap pertumbuhan dan sintasan udang galah (M. rosenbergu) yang dibudidayakan

dengan sistem Minapadi. Makassar

Gaffar, A.T. Kahar, Dj. Suryano., 2003. Kajian Polikultur udang galah dan ikan mas yang di integrasikan dengan ayam buras di kolam, Kab. Bone. Laporan

proyek TA. 2003 BPTP Sulawesi Selatan. Makassar.

Gaffar, A.T., Kahar, Dj Suryano., Jamaya Halifah., 2004. GT. Polikultur ayam buras dan ikan mas pada pembesaran udang galah dengan sistem minapadi jajar

legowo di Kab. Bone. Laporan Proyek TA. 2004. BPTP Sulawesi Selatan. Makassar.

Hadie, L.E., W. Hadie dan N. Mulyani. 1990. Ozonisasi dan Filterisasi biologi pada pembenihan udang galah (M. rosenbergii). Buletin Penelitian Perikanan

Darat.

Hadie W., dan H.H. Suharto, dan M. Yunus. 1993. Pengaruh padat penebaran dan penggunaan pakan pada pemeliharaan udang galah (M. rosenbergii) di sawah

bersama padi.

Hadie, W., Jaelani, dan L.E. Hadie., 1992. Padat penebaran berbeda dalam usaha pentokolan benih udang galah dan keragaan produksinya. Pros. Sem. Hasil

penel. perik. Air Tawar. Balitkanwar, Bogor

New, M.B & S. Singholka., 1985. Freswater prawn farming. A. manual for the culture of M. rosenbergii. FAO Fisheries Technical Paper.

Suharto,H.H. & T.Y. Asrdjadipura. 1990. Pengamatan pertumbuhan udang windu (P. monodon) dan udang galah (M. rosenbergii) yang dipelihara di sawah

tambak. Buletin Perik. Darat.

Suharto, H.H. & T.Y. Asrdjadipura. 1992. Produksi udang galah dan bandeng di sawah tambak dengan penggunaan pakan buatan dan pemupukan TSP serta Urea.

Buletin Perik. Darat, Bogor."
Source : http://lobsterpangkep.blogspot.com/2009/04/lokasi-budidaya-lobster-di-daerah.html

         Sekian bahasan tentang lobster air tawar pangkep ini dan penutup dari saya semoga berkenan di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.



Video yang berkaitan dengan lobster air tawar pangkep


Related Post

0 Komentar untuk "lobster air tawar pangkep"

Back To Top