Jumpa lagi dengan saya ya Sobat semua !, dan pastinya Sobat semua dalam keadaan bahagia. Kali ini kita akan membahas mengenai PERANAN BIOTEKNOLOGI DALAM BUDIDAYA IKAN HIAS DI INDONESIA."PERANAN BIOTEKNOLOGI DALAM BUDIDAYA IKAN HIAS DI INDONESIA
�
Ditulis oleh adminmai ��
Senin, 02 Juli 2012 08:33
Di berbagai belahan dunia, bioteknologi merupakan tool yang terbukti mampu melipatgandakan produksi pangan secara efektif dengan target yang lebih terukur, mampu menciptakan produk yang berdaya saing, mengurangi biaya produksi, dan mengarahkan proses pengaruh intervensi manusia terhadap alam menjadi lebih ramah(Carman, 2010). Bioteknologi Indonesia ditantang untuk turut mewujudkan peningkatan produksi akuakultur nasional sebesar 353 persen yang dicanangkan pemerintah. Ketersediaan benih merupakan unsur mutlak dalam budidaya ikan hias.� Dalam perkembangannya yang pesat dewasa ini, induk dan benih ikan hias untuk pemenuhan kebutuhan pasar tidak cukup hanya dengan mengandalkan dari alam maupun budidaya secara tradisional.� Dalam budidaya ikan hias tidak hanya penyediaan induk dan benih yang cukup, namun juga sangat diperlukan mutu yang baik.� Oleh karena itu perlu didukung dengan teknologi pengembangbiakan secara buatan yang memanfaatkan prinsip-prinsip bioteknologi.
Menurut Sumantadinata (1988), batasan dari bioteknologi bidang akuakultur adalah memiliki cakupan yang luas, salah satu yang umum digunakan adalah suatu kegiatan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa dalam mengolah bahan dari unsur hayati untuk penyediaan barang dan jasa.� Dalam bidang budidaya ikan hias, khususnya dalam pembenihan, prinsip biologi adalah sebagai sarana upaya untuk penyediaan induk dan benih ikan hias yang berkualitas.
Ditinjau dari aspek budidaya ikan hias, peran dari bioteknologi dimulai dari pembenihan, yang meliputi pematangan gonad, pemijahan / pembuahan, dan pasca penetasan unuk menghasilkan benih.� Pematangan gonad terhadap induk-induk ikan hias berbeda-beda, yang pada umumnya dilakukan rangsangan agar segara matang kelamin, sedangkan pada tingkat larva dilakukan perubahan kelamin (sex reversal).� Tahap ovulasi atau pemijahan dapat dilakukan rangsangan juga dan manipulasi kromosom.� Aplikasi bioteknologi dalam budidaya ikan hias secara garis besar meliputi dua kelompok yaitu pematangan gonad dan fertilisasi.� Peranan bioteknologi dalam bidang budidaya ikan hias mempunyai cakupan yang lebih luas di antaranya adalah rekayasa lingkungan, rekayasa genetika (teknologi ekspresi protein, mikrosatelit, RFLP, QTL, proteomics, chips DNA, vaksin DNA, transgenik), penanggulangan penyakit, dan menejemen pakan.� Namun demikian aspek-aspek tersebut akan dipaparkan pada makalah yang lain.
�
Pematangan Gonad
Perkembangan gonad dan pemijahan ikan hias merupakan respon lingkungan secara alami.� Pada umumnya suhu, cahaya, musim, curah hujan merupakan faktor-faktor yang besar peranannya terhadap perkembangan gonad tersebut.� Hal tersebut dapat dilihat bahwa untuk ikan-ikan hias tertentu (botia, wild betta, gurami, sepat, dll) akan melimpah di alam pada musim-musim tertentu tetapi pada suatu waktu tidak ditemukan pada habitatnya.� Kondisi lingkungan yang demikian telah berhasil diteliti pada beberapa jenis ikan hias yang masih dan sedang dalam tahap domestikasi.� Namun demikian, banyak jenis ikan hias yang masih belum dapat dipijahkan secara alami sepenuhnya, seperti arwana, jenis catfish, tiger fish, tilan merah, sumpit, beberapa jenis rasbora, beberapa jenis wild betta, palmas, black gost, botia, balashark, dll).� Pada pengembangbiakan ikan-ikan hias tersebut perlu adanya rangsangan hormonal atau manipulasi hormon.� Fungsi dari hormon tersebut selain untuk pematangan gonad, juga dapat digunakan untuk perubahan fenotif kelamin pada tahap deferensiasi (larva).
Pengembangbiakan secara buatan untuk beberapa jenis ikan hias, pengelolaan gonad juga dimaksudkan untuk merangsang proses perkembangan telur atau oogenesis misalnya pada jenis sumpit, tilan, sidat hias, tiger fish, dan lain-lain.� Proses pembelahan sel-sel bakal telur secara mitosis sampai fase pembentukan folikel dapat berlangsung secara alami tanpa tergantung pada kelenjar hipofisa.� Akan tetapi proses vitelogenesis dikendalikan oleh kelenjar hipofisa dan estrogen (Sudradjat, 2007).� Oleh karena itu, untuk pematangan telur biasanya ditujukan pada proses vitelogenesis.� Menurut Sumantadinata (1988) menyatakan bahwa hormon gonadotropin dengan kadar karbohidrat tinggi dapat merangsang ovulasi.
Manipulasi hormon selanjutnya pada tahap penanganan gonad adalah rangsangan ovulasi atau pemijahan.� Menurut Zairin, 2003 menyatakan bahwa pengaruh lingkungan dapat merangsang pematangan akhir dari telur sebagai awal dari ovulasi.� Selanjutnya pemberian gonadotropin melalui suntikan ekstrak kelenjar hipofisa yang lebih dikenal dengan hipofisasi.� Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa hipofisasi telah banyak memberikan manfaat terhadap pembenihan ikan-ikan konsumsi.� Namun demikian masih ditemukan beberapa masalah untuk dosis maupun sumber kelenjar hipofisanya.� Sumber Gonadotropin dapat berasal dari ikan, dapat pula berasal dari mamalia.� Sebagai contoh HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang diekstraksi dari urin wanita hamil.� Penggunaan dosis HCG lebih kecil dibandingkan hipofisa, dan dapat digunakan sebagai dosis tunggal maupun dapat dikombinasikan dengan ekstrak kelenjar hipofisa.
Penggunaan hormon selain tersebut di atas, juga merupakan penghubung antara hypotalamus dengan hipofisa.� Dekapeptida LH-RH (Lutenizing hormone � releasing hormone) sintetik telah dicoba terhadap beberapa jenis ikan peliharaan.� LH-RH dapat merangsang pemijahan ikan mola, big head, dan kowan (Harvey & Hoar, 1979).� Namun demikian untuk ikan hias belum dilakukan penelitian.� Gonadotropin merangsang biosintesis steroid 17a, 20 β Pg dalam follicular envelope, dan pematangan akhir telur didorong dengan hormon steroid.
�
Sex Reversal
Pada umumnya ikan hias bersifat seksual dimorfism, sangat mudah untuk membedakan jantan dan betina pada usia tertentu atau menginjak dewasa.� Selain dari penampilan untuk ikan hias jantan yang lebih menarik, warna lebih cerah dan bagus, juga kecepatan tumbuhnya, tingkah laku, bentuk, dan ukuran (rainbow, cupang, maskoki).� Berdasarkan sifat tersebut para pembudidaya, petani, pengusaha bahkan eksportirpun lebih menginginkan produksi ikan hias jantan jauh lebih banyak daripada ikan hias betina untuk ukuran jual, yang tentu saja harga ikan hias jantan jauh lebih mahal.� Sehubungan dengan tujuan tersebut, berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh populasi benih ikan yang monosex.
Pembentukan monosex pada ikan hias dilakukan dengan beberapa perlakuan mulai dari perendaman hormon, oral, maupun dengan kromoson sex yaitu dengan gynogenesis dan androgenesis.� Selain itu juga pembentukan kelamin yang steril yaitu untuk menjadi individu yang triploid.� Pemberian perlakuan hormon harus dilakukan pada saat yang tepat.� Perlakuan optimun spesifik pada jenis ikan pada saat diferensiasi sex, yang masing-masing ikan uji berbeda-beda.� Hasil penelitian pada ikan guppy diferensiasi sex terjadi sesudah dilahirkan (ikan guppy melahirkan), oleh karena itu pemberian perlakuan hormon pada stadia embrio di dalam ovarium induknya, dan dilanjutkan pada saat sesudah larva satu hari (Sumantadinata, 1988).
Penelitian tentang sex reversal telah banyak dilakukan pada ikan-ikan konsumsi baik ikan nila maupun ikan mas dengan penggunaan hormon metiltestosteron.� Perlakuan yang dicobakan berupa perendaman maupun dicampur pada pakan, dan keberhasilkan sex reversal pada ikan-ikan konsumsi selama ini cukup baik pada dosis-dosis tertentu.� Untuk ikan hias masih perlu banyak dikaji tentang penelitian sex reversal, mengingat risiko ikan hias apabila digunakan perlakuan secara kimiawi relatif lebih kecil, karena ikan hias tidak dikonsumsi oleh manusia.� Penelitian yang sedang berlangsung di Balai Riset Ikan Hias pada tahun 2011 untuk ikan rainbow papua (Melanotaenia parva) dan hasilnya belum dapat dilaporkan.
�
Manipulasi Kromosom
Manipulasi kromosom dilakukan pada pembuahan yaitu proses penggabungan gamet jantan dan betina untuk membentuk zigot. Pada proses tersebut homologous kromosom pecah pada tahap pembelahan meiosis, dan kemudian bergabung (Rieger et al., 1979). Pada proses ini dapat dilakukan rekayasa genetika dengan manipulasi kromosom.� Sebagian besar ikan hias pembuahan terjadi di luar tubuhnya, sehingga perlakuan kromosom secara buatan dapat dilakukan pada saat gamet belum dibuahi atau pada telur yang sudah dibuahi untuk fase-fase tertentu selama pembentukan zigot. Manipulasi kromosom yang dilakukan terdiri atas dua metode yaitu gynogenesis dan polyploidi.
Gynogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi gamet jantan.� Gynogenesis alamiah merupakan suatu cara perkembangbiakan bagi beberapa jenis ikan hias antara lain molly (Poecilia formosa) dan beberapa populasi ikan maskoki (Carassius auratus) (Schultz, 1973).� Gynogenesis buatan dapat dilakukan dengan beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal perkembangan embrio.� Diploidisasi dalam gynogenesis buatan dapat dilakukan dengan cara menahan pembentukan polar body II pada saat meiosis kedua, dan dengan cara penekanan pada saat pembelahan mitosis.� Proses ini dapat dilakukan dengan cara pemberian kejutan dingin, kejutan panas, dan kejutan tekanan (Purdon, 1983).� Perlakuan kejutan tersebut pada masing-masing jenis ikan hias berbeda-beda.
Teknologi gynogenesis memberikan kemungkinan untuk mempercepat waktu pemurnian dalam seleksi ikan hias.� Yaitu peningkatan homosigositas suatu populasi, yang derajat keberhasilannya dapat dicapai pada keturunan ginogenetik frekuensi silang pada saat meiosis.� Sebagian besar keberhasilan teknologi ini pada ikan-ikan konsumsi yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gustiano (1985) terhadap ikan mas mendapatkan hasil larva ginogenetik sebesar 1% dengan perlakuan kejutan dingin yang diduga kurang tepat waktunya.� Penelitian Nagy (1978) terhadap ikan Cyprinus carpio mendapatkan larva ginogenetik sebesar 22,5%, sedangkan Gustiano (1988) melaporkan hasil penelitian terhadap ikan mas mendapatkan larva ginogenetik sebesar 45,1%.� Namun hasil tersebut masih rendah dibandingkan dengan penelitian Purdon (1969) sebesar 60%.� Pengaruh dari keberhasilan individu ginogenetik tersebut kemungkinan adalah lama waktu kejutan dingin yang diberikan.
Menurut Sumantadinata (1987) percobaan tentang gynogenesis terhadap beberapa jenis ikan telah dilakukan di Jurusan Budidaya IPB dan menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Interval waktu 2-4 menit diperlukan untuk menahan polar body II dan 40 � 45 menit digunakan untuk penekanan saat pembelahan mitosis pertama
2. Kejutan panas pada suhu 40oC dapat dilakukan selama 1,5 � 2 menit.
Hasil tersebut berbeda dengan percobaan yang telah dilakukan oleh Nagy et al. (1978) yang menunjukkan 5 � 15 menit sesudah pembuahan, sedangkan Tanaguchi et al. (1986) menyatakan 12 � 15 menit sesudah pembuahan pada mitosis pertama. Perbedaan hasil tersebut diduga karena perbedaan suhu dasar pembuahan sebelum kejutan panas atau kejutan dingin dilakukan (Sumantadinata, 1987).
Manipulasi kromosom pada ikan yang telah digunakan selain gynogenesis adalah poliploidisasi.� Poliploidi adalah suatu proses atau kejadian terbentuknya individu yang poliploid.� Yang dimaksud dengan poliploid adalah somatik sel yang mempunyai tiga (triploid), empat (tetraploid), lima (pentaploid) atau lebih set kromosom (Rieger et al., 1976).� Metode poliploidisasi dapat dilakukan seperti rangsangan diploidisasi pada gynogenesis buatan, namun merupakan kelanjutan dari pembuatan secara normal.� Triploid dapat dilakukan dengan memberikan kejutan pada telur yang dibuahi secara normal pada saat meiosis kedua.� Pada tetraploid kejutan dilakukan pada saat mitosis pertama.� Evaluasi keberhasilan terhadap poliploidi dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah analisis kromosom, pengukuran jumlah DNA, pengukuran besar inti dan jumlah sel darah merah (Wolters et al., 1982 dalam Risnandar, 2001).
Gambar 1. Metode poliploidisasi.
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Induksi poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian masyarakat petani ikan maupun para peneliti dibidang perikanan. Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin, pressure (hydrostatic pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi (Thorgaard, 1983; Yamazaki, 1983; Carman et al., 1992; Shepperd dan Bromage, 1996 dalam Mukti, 2001 ) (Gambar 1). Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Aplikasi metode ini sangat cocok pada ikan koi, yang dapat meningkatkan perkembangan otot dari ikan koi tersebut, karena salah satu tingginya kualitas pada ikan koi adalah kekeran otot dan bentuknya.
Penulis : Eni Kusrini
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok"
Source : http://acilnyotnyot.blogspot.com/2013/01/peranan-bioteknologi-dalam-budidaya.html
�
Ditulis oleh adminmai ��
Senin, 02 Juli 2012 08:33
Di berbagai belahan dunia, bioteknologi merupakan tool yang terbukti mampu melipatgandakan produksi pangan secara efektif dengan target yang lebih terukur, mampu menciptakan produk yang berdaya saing, mengurangi biaya produksi, dan mengarahkan proses pengaruh intervensi manusia terhadap alam menjadi lebih ramah(Carman, 2010). Bioteknologi Indonesia ditantang untuk turut mewujudkan peningkatan produksi akuakultur nasional sebesar 353 persen yang dicanangkan pemerintah. Ketersediaan benih merupakan unsur mutlak dalam budidaya ikan hias.� Dalam perkembangannya yang pesat dewasa ini, induk dan benih ikan hias untuk pemenuhan kebutuhan pasar tidak cukup hanya dengan mengandalkan dari alam maupun budidaya secara tradisional.� Dalam budidaya ikan hias tidak hanya penyediaan induk dan benih yang cukup, namun juga sangat diperlukan mutu yang baik.� Oleh karena itu perlu didukung dengan teknologi pengembangbiakan secara buatan yang memanfaatkan prinsip-prinsip bioteknologi.
Menurut Sumantadinata (1988), batasan dari bioteknologi bidang akuakultur adalah memiliki cakupan yang luas, salah satu yang umum digunakan adalah suatu kegiatan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa dalam mengolah bahan dari unsur hayati untuk penyediaan barang dan jasa.� Dalam bidang budidaya ikan hias, khususnya dalam pembenihan, prinsip biologi adalah sebagai sarana upaya untuk penyediaan induk dan benih ikan hias yang berkualitas.
Ditinjau dari aspek budidaya ikan hias, peran dari bioteknologi dimulai dari pembenihan, yang meliputi pematangan gonad, pemijahan / pembuahan, dan pasca penetasan unuk menghasilkan benih.� Pematangan gonad terhadap induk-induk ikan hias berbeda-beda, yang pada umumnya dilakukan rangsangan agar segara matang kelamin, sedangkan pada tingkat larva dilakukan perubahan kelamin (sex reversal).� Tahap ovulasi atau pemijahan dapat dilakukan rangsangan juga dan manipulasi kromosom.� Aplikasi bioteknologi dalam budidaya ikan hias secara garis besar meliputi dua kelompok yaitu pematangan gonad dan fertilisasi.� Peranan bioteknologi dalam bidang budidaya ikan hias mempunyai cakupan yang lebih luas di antaranya adalah rekayasa lingkungan, rekayasa genetika (teknologi ekspresi protein, mikrosatelit, RFLP, QTL, proteomics, chips DNA, vaksin DNA, transgenik), penanggulangan penyakit, dan menejemen pakan.� Namun demikian aspek-aspek tersebut akan dipaparkan pada makalah yang lain.
�
Pematangan Gonad
Perkembangan gonad dan pemijahan ikan hias merupakan respon lingkungan secara alami.� Pada umumnya suhu, cahaya, musim, curah hujan merupakan faktor-faktor yang besar peranannya terhadap perkembangan gonad tersebut.� Hal tersebut dapat dilihat bahwa untuk ikan-ikan hias tertentu (botia, wild betta, gurami, sepat, dll) akan melimpah di alam pada musim-musim tertentu tetapi pada suatu waktu tidak ditemukan pada habitatnya.� Kondisi lingkungan yang demikian telah berhasil diteliti pada beberapa jenis ikan hias yang masih dan sedang dalam tahap domestikasi.� Namun demikian, banyak jenis ikan hias yang masih belum dapat dipijahkan secara alami sepenuhnya, seperti arwana, jenis catfish, tiger fish, tilan merah, sumpit, beberapa jenis rasbora, beberapa jenis wild betta, palmas, black gost, botia, balashark, dll).� Pada pengembangbiakan ikan-ikan hias tersebut perlu adanya rangsangan hormonal atau manipulasi hormon.� Fungsi dari hormon tersebut selain untuk pematangan gonad, juga dapat digunakan untuk perubahan fenotif kelamin pada tahap deferensiasi (larva).
Pengembangbiakan secara buatan untuk beberapa jenis ikan hias, pengelolaan gonad juga dimaksudkan untuk merangsang proses perkembangan telur atau oogenesis misalnya pada jenis sumpit, tilan, sidat hias, tiger fish, dan lain-lain.� Proses pembelahan sel-sel bakal telur secara mitosis sampai fase pembentukan folikel dapat berlangsung secara alami tanpa tergantung pada kelenjar hipofisa.� Akan tetapi proses vitelogenesis dikendalikan oleh kelenjar hipofisa dan estrogen (Sudradjat, 2007).� Oleh karena itu, untuk pematangan telur biasanya ditujukan pada proses vitelogenesis.� Menurut Sumantadinata (1988) menyatakan bahwa hormon gonadotropin dengan kadar karbohidrat tinggi dapat merangsang ovulasi.
Manipulasi hormon selanjutnya pada tahap penanganan gonad adalah rangsangan ovulasi atau pemijahan.� Menurut Zairin, 2003 menyatakan bahwa pengaruh lingkungan dapat merangsang pematangan akhir dari telur sebagai awal dari ovulasi.� Selanjutnya pemberian gonadotropin melalui suntikan ekstrak kelenjar hipofisa yang lebih dikenal dengan hipofisasi.� Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa hipofisasi telah banyak memberikan manfaat terhadap pembenihan ikan-ikan konsumsi.� Namun demikian masih ditemukan beberapa masalah untuk dosis maupun sumber kelenjar hipofisanya.� Sumber Gonadotropin dapat berasal dari ikan, dapat pula berasal dari mamalia.� Sebagai contoh HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang diekstraksi dari urin wanita hamil.� Penggunaan dosis HCG lebih kecil dibandingkan hipofisa, dan dapat digunakan sebagai dosis tunggal maupun dapat dikombinasikan dengan ekstrak kelenjar hipofisa.
Penggunaan hormon selain tersebut di atas, juga merupakan penghubung antara hypotalamus dengan hipofisa.� Dekapeptida LH-RH (Lutenizing hormone � releasing hormone) sintetik telah dicoba terhadap beberapa jenis ikan peliharaan.� LH-RH dapat merangsang pemijahan ikan mola, big head, dan kowan (Harvey & Hoar, 1979).� Namun demikian untuk ikan hias belum dilakukan penelitian.� Gonadotropin merangsang biosintesis steroid 17a, 20 β Pg dalam follicular envelope, dan pematangan akhir telur didorong dengan hormon steroid.
�
Sex Reversal
Pada umumnya ikan hias bersifat seksual dimorfism, sangat mudah untuk membedakan jantan dan betina pada usia tertentu atau menginjak dewasa.� Selain dari penampilan untuk ikan hias jantan yang lebih menarik, warna lebih cerah dan bagus, juga kecepatan tumbuhnya, tingkah laku, bentuk, dan ukuran (rainbow, cupang, maskoki).� Berdasarkan sifat tersebut para pembudidaya, petani, pengusaha bahkan eksportirpun lebih menginginkan produksi ikan hias jantan jauh lebih banyak daripada ikan hias betina untuk ukuran jual, yang tentu saja harga ikan hias jantan jauh lebih mahal.� Sehubungan dengan tujuan tersebut, berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh populasi benih ikan yang monosex.
Pembentukan monosex pada ikan hias dilakukan dengan beberapa perlakuan mulai dari perendaman hormon, oral, maupun dengan kromoson sex yaitu dengan gynogenesis dan androgenesis.� Selain itu juga pembentukan kelamin yang steril yaitu untuk menjadi individu yang triploid.� Pemberian perlakuan hormon harus dilakukan pada saat yang tepat.� Perlakuan optimun spesifik pada jenis ikan pada saat diferensiasi sex, yang masing-masing ikan uji berbeda-beda.� Hasil penelitian pada ikan guppy diferensiasi sex terjadi sesudah dilahirkan (ikan guppy melahirkan), oleh karena itu pemberian perlakuan hormon pada stadia embrio di dalam ovarium induknya, dan dilanjutkan pada saat sesudah larva satu hari (Sumantadinata, 1988).
Penelitian tentang sex reversal telah banyak dilakukan pada ikan-ikan konsumsi baik ikan nila maupun ikan mas dengan penggunaan hormon metiltestosteron.� Perlakuan yang dicobakan berupa perendaman maupun dicampur pada pakan, dan keberhasilkan sex reversal pada ikan-ikan konsumsi selama ini cukup baik pada dosis-dosis tertentu.� Untuk ikan hias masih perlu banyak dikaji tentang penelitian sex reversal, mengingat risiko ikan hias apabila digunakan perlakuan secara kimiawi relatif lebih kecil, karena ikan hias tidak dikonsumsi oleh manusia.� Penelitian yang sedang berlangsung di Balai Riset Ikan Hias pada tahun 2011 untuk ikan rainbow papua (Melanotaenia parva) dan hasilnya belum dapat dilaporkan.
�
Manipulasi Kromosom
Manipulasi kromosom dilakukan pada pembuahan yaitu proses penggabungan gamet jantan dan betina untuk membentuk zigot. Pada proses tersebut homologous kromosom pecah pada tahap pembelahan meiosis, dan kemudian bergabung (Rieger et al., 1979). Pada proses ini dapat dilakukan rekayasa genetika dengan manipulasi kromosom.� Sebagian besar ikan hias pembuahan terjadi di luar tubuhnya, sehingga perlakuan kromosom secara buatan dapat dilakukan pada saat gamet belum dibuahi atau pada telur yang sudah dibuahi untuk fase-fase tertentu selama pembentukan zigot. Manipulasi kromosom yang dilakukan terdiri atas dua metode yaitu gynogenesis dan polyploidi.
Gynogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi gamet jantan.� Gynogenesis alamiah merupakan suatu cara perkembangbiakan bagi beberapa jenis ikan hias antara lain molly (Poecilia formosa) dan beberapa populasi ikan maskoki (Carassius auratus) (Schultz, 1973).� Gynogenesis buatan dapat dilakukan dengan beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal perkembangan embrio.� Diploidisasi dalam gynogenesis buatan dapat dilakukan dengan cara menahan pembentukan polar body II pada saat meiosis kedua, dan dengan cara penekanan pada saat pembelahan mitosis.� Proses ini dapat dilakukan dengan cara pemberian kejutan dingin, kejutan panas, dan kejutan tekanan (Purdon, 1983).� Perlakuan kejutan tersebut pada masing-masing jenis ikan hias berbeda-beda.
Teknologi gynogenesis memberikan kemungkinan untuk mempercepat waktu pemurnian dalam seleksi ikan hias.� Yaitu peningkatan homosigositas suatu populasi, yang derajat keberhasilannya dapat dicapai pada keturunan ginogenetik frekuensi silang pada saat meiosis.� Sebagian besar keberhasilan teknologi ini pada ikan-ikan konsumsi yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gustiano (1985) terhadap ikan mas mendapatkan hasil larva ginogenetik sebesar 1% dengan perlakuan kejutan dingin yang diduga kurang tepat waktunya.� Penelitian Nagy (1978) terhadap ikan Cyprinus carpio mendapatkan larva ginogenetik sebesar 22,5%, sedangkan Gustiano (1988) melaporkan hasil penelitian terhadap ikan mas mendapatkan larva ginogenetik sebesar 45,1%.� Namun hasil tersebut masih rendah dibandingkan dengan penelitian Purdon (1969) sebesar 60%.� Pengaruh dari keberhasilan individu ginogenetik tersebut kemungkinan adalah lama waktu kejutan dingin yang diberikan.
Menurut Sumantadinata (1987) percobaan tentang gynogenesis terhadap beberapa jenis ikan telah dilakukan di Jurusan Budidaya IPB dan menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Interval waktu 2-4 menit diperlukan untuk menahan polar body II dan 40 � 45 menit digunakan untuk penekanan saat pembelahan mitosis pertama
2. Kejutan panas pada suhu 40oC dapat dilakukan selama 1,5 � 2 menit.
Hasil tersebut berbeda dengan percobaan yang telah dilakukan oleh Nagy et al. (1978) yang menunjukkan 5 � 15 menit sesudah pembuahan, sedangkan Tanaguchi et al. (1986) menyatakan 12 � 15 menit sesudah pembuahan pada mitosis pertama. Perbedaan hasil tersebut diduga karena perbedaan suhu dasar pembuahan sebelum kejutan panas atau kejutan dingin dilakukan (Sumantadinata, 1987).
Manipulasi kromosom pada ikan yang telah digunakan selain gynogenesis adalah poliploidisasi.� Poliploidi adalah suatu proses atau kejadian terbentuknya individu yang poliploid.� Yang dimaksud dengan poliploid adalah somatik sel yang mempunyai tiga (triploid), empat (tetraploid), lima (pentaploid) atau lebih set kromosom (Rieger et al., 1976).� Metode poliploidisasi dapat dilakukan seperti rangsangan diploidisasi pada gynogenesis buatan, namun merupakan kelanjutan dari pembuatan secara normal.� Triploid dapat dilakukan dengan memberikan kejutan pada telur yang dibuahi secara normal pada saat meiosis kedua.� Pada tetraploid kejutan dilakukan pada saat mitosis pertama.� Evaluasi keberhasilan terhadap poliploidi dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah analisis kromosom, pengukuran jumlah DNA, pengukuran besar inti dan jumlah sel darah merah (Wolters et al., 1982 dalam Risnandar, 2001).
Gambar 1. Metode poliploidisasi.
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Induksi poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian masyarakat petani ikan maupun para peneliti dibidang perikanan. Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin, pressure (hydrostatic pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi (Thorgaard, 1983; Yamazaki, 1983; Carman et al., 1992; Shepperd dan Bromage, 1996 dalam Mukti, 2001 ) (Gambar 1). Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Aplikasi metode ini sangat cocok pada ikan koi, yang dapat meningkatkan perkembangan otot dari ikan koi tersebut, karena salah satu tingginya kualitas pada ikan koi adalah kekeran otot dan bentuknya.
Penulis : Eni Kusrini
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok"
Source : http://acilnyotnyot.blogspot.com/2013/01/peranan-bioteknologi-dalam-budidaya.html
Pak Topik menjahitnya kopiah
Kopiah dijahit Beldu yang utuh
Wabillahi taufik walhidayah
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 Komentar untuk "PERANAN BIOTEKNOLOGI DALAM BUDIDAYA IKAN HIAS DI INDONESIA"