Kumpulan artikel seputar pertanian & perikanan

Novel �Telaga Air dan Teratainya� Episode 6. Over Dosis

Smoga sobat semua tidak bosan bertemu saya he he, bagaimana kabarnya nih sobat semua ? yang pastinya sehat dan bahagia ya. Ok langsung saja pada topik kita kali ini adalah Novel �Telaga Air dan Teratainya� Episode 6. Over Dosis."�Kenapa skutermu, Do, mogok lagi ya...?� tanya Wawan padaku.
�Iya Wan, ngga tau nih skuter, padahal udah kubongkar itu mesinnya, tapi tetep aja ngadad mulu� sahutku.
Aku kebetulan punya skuter butut, tapi sudah kumodifikasi bentuknya meski masih menyisakan beberapa bagian yang masih original di skuter itu.

Skuter ini aku beli dengan uang hasil keringatku sendiri dari hasil jasa pengetikan dan terjemahan artikel bahasa Inggris yang kutabung sebagian selama satu tahun. Waktu itu harganya aku beli hanya seharga 700 ribu, karna skuter yang kubeli itu dalam keadaan rusak.� Akupun mencoba memperbaikinya sendiri hingga akhirnya skuter itu bisa jalan.

Dengan skuter itulah yang kugunakan untuk semua aktivitasku kuliah dan aktivitas lainnya.�� Kadang aku suka ikutan turing bersama club skuter yang ada di kota ini. Kalau lagi turing biasanya bisa memakan waktu dua sampai tiga hari baru kami balik lagi.

Suatu kali aku pernah pergi turing bersama Arini untuk menempuh perjalanan 500 km pulang pergi dalam waktu dua hari. Sebenarnya aku tak ingin Arini ikut pada turing tersebut. Tapi ia keukeuh memaksaku untuk mengizinkannya turut ikut. Dan apa boleh buat, aku terpaksa harus membawa Arini turut serta denganku. Aku tak menginginkan Arini ikut turing itu karna aku khawatir udara panas, debu, dan terik matahari akan merusak kulitnya selama perjalanan turing itu. Tahu sendiri kan, perempuan itu paling menjaga kesehatan kulit tubuhnya.

�Alhamdullillah...., akhirnya mau juga skuter ini mesinnya hidup, Wan� kataku pada Wawan.�
�Sudahlah, Do, mending jual aja skutermu itu, daripada entar nyusahin kamu terus� sahut Wawan.
�Enak aja dijual, aku tak akan menjual skuterku ini Wan, karna skuter ini aku beli dari hasil keringatku sendiri� sahutku.
Wawan hanya tertawa-tawa kecil aja mendengar ucapanku.

�Do.. Do.. Edo.... Marfin Do, Marfin....� tiba-tiba Beno datang dan terlihat tampak gugup.
�Marfin???, kenapa Marfin, Ben? tanyaku.
�Marfin sedang OD (Over Dosis) di kamarnya, dari mulutnya keluar darah, Do� sahut Beno.

Akupun dan Wawan segera bergegas menuju kamar Marfin untuk melihat apa yang terjadi terhadap Marfin. Dan benar apa yang dikatakan Beno, Marfin terlihat dalam keadaan setengah sadar dengan darah yang yang membasahi sebagian dadanya. Tanpa fikir panjang lagi, aku dan Wawan mengangkat tubuh Marfin dan menaikkannya ke atas skuterku yang baru saja kuperbaiki itu untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Dengan susah payah kami membawa Marfin dengan skuterku. Bayangkan skuterku yang butut itu harus membawa tiga orang manusia. Aku jelas ngga bisa membawa Marfin sendirian dengan skuterku, dan aku butuh Wawan untuk memegang tubuh Marfin supaya tidak jatuh selama perjalanan menuju rumah sakit. Dan untungnya skuterku bisa jalan mesinnya. Kalau saja tidak, aku tak tahu harus berbuat apa, karna motornya Beno lagi dipinjam adiknya pulang kerumah mereka diluar kota. Dan motor Bang Radin sudah dibawanya dari pagi tadi karna ia harus menghadiri acara seminar skripsi teman seangkatannya.

Di rumah sakit, aku menunggui Marfin sendirian karna Wawan tadi pamit untuk kembali ke kos dengan skuterku, katanya ia mau bersih-bersih badan dulu. Dan nanti kalau udah selesai ia segera kembali lagi sekaligus membawakan nasi bungkus, karna dari pagi hingga malam ini tak sebutir nasipun yang kumasukkan ke dalam perutku. Lagipula aku harus menunggui Marfin malam ini di rumah sakit setidaknya sampai malam esok sampai Keluarga marfin datang untuk menggantikanku. Aku lihat infus terpasang ditangan kiri Marfin, dan peralatan yang entah namanya alat-alat itu, menempel di dada dan perut marfin. Dan berangsur-angsur Marfin mulai sadarkan diri dan mulai bisa ku ajak bicara meski suaranya agak parau terdengarku.

�Kamu kenapa sih, Fin, kok sampai sebegini jadinya, kamu tau ngga, kalau kamu begini terus kamu akan selalu menyusahkan keluargamu dan juga orang lain� ucapku kepada Marfin.
�Maafkan aku, Do, aku khilaf, aku melakukannya karena keadaan yang memaksaku begini� sahut Marfin.�
�Kalau kamu ada masalah, khan kamu bisa cerita padaku atau sama teman lainnya, jangan kau diamkan sendiri masalahmu� sahutku.

Kemudian Marfin menceritakan semua masalah yang terjadi padanya. Dari cerita Marfin aku jadi tahu bahwa ternyata Marfin adalah seorang anak yang kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya terutama bokapnya. Ditambah lagi ternyata bokapnya punya isteri baru lagi tanpa sepengetahuan nyokapnya. Dan yang terakhir ini ternyata sangat menyakitkannya.

Marfin sangat dekat dengan nyokapnya tapi tidak begitu dekat dengan bokapnya. Bokapnya hanya sibuk kerja kerja dan kerja cari uang. Memang Marfin tidak pernah bermasalah dengan yang namanya uang, karna bokapnya mengasih uang jajan untuk Marfin sangat berkecukupan bahkan berlebihan. Dari kejadian yang menimpa Marfin sahabatku ini aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga bahwa ternyata tidak selamanya uang yang berlimpah itu akan membahagiakan. Ada hal lain yang jauh lebih membahagiakan yaitu adanya kasih sayang yang selalu ada dari orang-orang yang ada disekitar kita tak terkecuali kasih sayang orang tua.

Lingkungan pergaulan Marfin memang terdiri dari orang-orang yang kurang lebih sama dengan Marfin. Mereka sering mabuk-mabukkan. Dan suka sekali berkelahi antar geng yang ada di kota ini. Tapi ada untungnya juga aku punya sahabat seperti Marfin ini. Aku jadi kenal juga dengan teman-temannya itu, meski aku tidak pernah ikut dengan kebiasan mereka itu. Beberapa yang kukenal dari teman-teman geng Marfin ini seperti Redy, Boneng, Bejol, Anto, Gery, Kibil, dan Hary. Mereka terdiri dari campuran berbagai angkatan yang ada dikampusku dan juga dari fakultas lain di luar kampusku. Dan mereka biasanya cukup menghormati aku kalau aku kebetulan ada diantara mereka dan mereka sedang pesta miras. Mereka segan untuk menawarkan minuman itu padaku karena memang aku ngga pernah suka yang namanya miras itu. Mereka menghormatiku karena aku adalah sahabat Marfin. Kadang aku bersama Arini ada diantara mereka, dan mereka tetap menghormati Arini tanpa mengganggu atau menggodanya. Padahal biasanya kalau ada cewek cantik lewat saja, mereka pasti ribut menggoda cewek itu. Mirip sekali dengan kumpulan ayam yang bergerombol ketika dihamburkan umpannya.

Oleh karena aku kenal dan berteman baik dengan mereka, aku jadi turut kebagian �disegani� dikampus. Padahal aku tak pernah terlibat dalam perkelahian, aku tak punya musuh di kampus. Dan aku tidak pernah pilih-pilih dalam berteman. Aku tak ingin membatasi pertemananku pada satu kelompok saja, dan cuek dengan kelompok yang lain. Aku punya teman-teman yang biasanya aktif di masjid kampus, aku punya teman-teman yang biasa aktif dengan miras, bahkan obat-obatan terlarang. Aku punya keyakinan bahwa sejahat-jahatnya manusia pasti ada sisi baiknya meski sekecil apapun. Dan tidak menutup kemungkinan sisi baik yang kecil itu suatu saat akan merubah semua sisi jahat yang ada pada orang itu, dan menjadikan ia seorang yang lebih baik dari orang baik yang tidak pernah berbuat tidak baik sekalipun.


(Bersambung)
Episode 7. �Di Antara Mereka�"
Source : http://dunia-abde.blogspot.com/2012/02/novel-telaga-air-dan-teratainya-episode_08.html

         Akhirnya tiada kata yang paling indah kecuali puji syukur alhamdulillah pada Allah atas berjuta nikmat yang tercurah pada kami. Semoga dengan kupasan tentang bahasan ini bisa memberikan nilai dan kesungguhan dalam belajar. Mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan mengenai Novel �Telaga Air dan Teratainya� Episode 6. Over Dosis, ada kurang lebihnya serta kesalahan ucap baik yang saya sengaja atau tidak, saya mohon maaf.



Video yang berkaitan dengan Novel �Telaga Air dan Teratainya� Episode 6. Over Dosis


Related Post

0 Komentar untuk "Novel �Telaga Air dan Teratainya� Episode 6. Over Dosis"

Back To Top