Hai! Apa kabar Sobat semua? Saya yakin Anda sehat. Jika tidak, smoga Sobat lekas sembuh dari penyakitnya? Kali ini kita akan membuka tema tentang DETEKSI BAKTERI VIBRIO PADA KERANG LAUT."
1.1 Latar Belakang
"
Source : http://rengkiik08.blogspot.com/2011/01/deteksi-bakteri-vibrio-pada-kerang-laut.html
DETEKSI BAKTERI VIBRIO PADA KERANG LAUT
Disusun oleh:
RENGKI AFRIZAL
0804120569
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
I.���� PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide, 2006).
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolismeyang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada (Fardiaz, S. 1989) .
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. �Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com).
Bakteri Vibrio sp. adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40�. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9�dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0�(Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996).
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar juga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40�,(Feliatra 1999) .
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan (Elmanama AA. 2007).
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia (Hashimoto S, Nishibuchi M. 1999).
Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi Vibrio sp pada sampel kerang. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengisolasi bakteri vibrio sp yang terdapat pada sampel kerang dan untuk mengidentifikasi . Agar dapat mengetahui karakteristi, bentuk, jumlah koloni dan warna bakteri pada ekosistem yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Vibrio merupakan genus yang dominan pada lingkungan air payau dan estuaria. Umumnya bakteri Vibrio�menyebabkan penyakit pada hewan perairan laut dan payau. Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal sebagai patogen seperti V.�alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V. harveyii, V. ordalii dan V. vulnificus (Irianto, 2003).
Menurut Egidius (1987) Vibrio�sp.�menyerang lebih dari 40 spesies ikan di 16 negara. Vibrio sp. mempunyai sifat gram negatif, sel tunggal berbentuk batang pendek yang bengkok (koma) atau lurus, berukuran panjang (1,4 � 5,0) �m dan lebar (0,3 � 1,3) �m, motil, dan mempunyai flagella polar (Gambar 1). Menurut� Pitogo et al., (1990), karakteristik spesies Vibrio berpendar (Tabel 1). Sifat biokimia Vibrio adalah oksidase positif, fermentatif terhadap glukosa dan sensisif terhadap uji O/129 (Logan, 1994 cit. Gultom, 2003).
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofilik yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40�. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996).
Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteir ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 �m, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel (Austin, 1988).
Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella dan Vibrio cholera (Shuval, 1986).
Infeksi pada luka mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan miositis dengan nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotic sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnose didapat melalui kultur organisme pada media laboratorium standar (Jawetz, dkk. 2003).
�Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua. Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 � 3 x 0,4 � 0,6 �m tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 � 5,0) �m dan lebar (0,3 � 1,3) �m.
Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30�C). TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif). (Jawetz, dkk. 2005).
Bakteri Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40�. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996).
Vibrio vulnificus merupakan bakteri yang relatif baru dalam identifikasinya sebagai bakteri yang patogen bagi manusia. Bakteri ini ditemukan sebagai patogen di tiram pada tahun1976 dan kasus infeksi pertama pada manusia olehVibrio vulnificus didokumentasikan pada tahun1979. bakteri ini hidup dengan memfermentasi laktosa baik dalam keadaan aerobik �maupun anaerobik dan tergolong jenis parasit oportunistik. Walaupun infeksi Vibrio vulnificus tergolong cukup berbahaya, namun infeksi oleh bakteri ini tidak pernah terjadi secara meluas. Kasus-kasus inveksi oleh Vibrio vulnificus ditemukan secara sporadik di daerah-daerah pantai Amerika Serikat, New Zealand, dan Jepang. Infeksi Vibrio vulnificus di Amerika Serikat 95% terjadi saat laut hangat antara Bulan Mei dan Oktober.
III. METODE PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi Laut Mengenai � Deteksi bakteri Vibrio Pada Kerang Laut� dilaksanakan pada hari selasa � kamis, 23 � 25 November 2010 pukul 13.00 sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Terpadu ilmu kelautan,� Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum � Deteksi bakteri Vibrio Pada Kerang Laut� adalah kerang, larutan garam (NaCl) 0,9%, TCBS sebagai pengganti NA (Natrium Agar), 500 ml aquades, larutan iodin, etil alkohol, �crystal violet dan larutan safranin serta larutan NaCl 0,45gr .
Sedangkan alat- alat yang digunakan seperti : �3 tabung reaksi, 7 cawan petridis, jarum ose, autoklav, timbangan, lampu spritus, freezer, ruang sterilisasi, mikroskop, tabung elemenyer dan alat tulis lainnya.
3.3 Metode Praktikum
����������� Metode yang digunakan dalam praktikum ini metode pengamatan langsung dilaboratorium (metode eksperimen), dengan cara mengamati langsung pada percobaan yang� telah ditentukan yang didampingi oleh asisten masing- masing kelompok. Dalam pratikum ini, kita langsung memperhatikan proses Sterilisasi, Pembuatan Media Dan Identifikasi� Bakteri Vibrio sp� Pada Kerang Laut �untuk diteliti.
3.4� Prosedur Praktikum
����������� A . Sterilisasi
Sterlisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan alat / media dan bahan dari jasad renik. Suatu alat dikatakan sterili bila alat / bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetatif maupun spora.
Prosedur sterilisasi :
Sedikan 10 cawan� petridis dan 5 tabung reaksi, Kemudian masing- masing di bungkus dengan kertas dan dimasukan kedalam autoklav. Selanjutnya autoklav di panaskan pada suhu 2500F atau 1210C selama 15 menit. Setelah selai, masukan kedalam oven, Kemudin sterilisai jarum ose sebelum digunakan dengan membakar ujungnya dan didinginkan.
B . Pembuatan media kultur
1.Pembuatan TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose)
TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif). Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30�C).
Prosedur Pembuatan Pembuatan TCBS Agar , yaitu:
Sedikan aquades 500 ml dan TCBS 44 gr kemudian dicampurkan dan masukkan kedalam tabung elemenyer dan diaduk sampai homogen. Kemudian panaskan sampai mendidih/ berbuih lalu ditutp dengan aluminium foil sehingga warnanya berubah menjadi biru. Kemudian disterilisasikan pada suhu 1210C selama 15 menit dengan salinitas: 0%, 15%, dan 30%.Dan tuangkan kedalam petridis yang sudah steril dan dinginkan, kemudian buang air dengan kemiringan petridis.
2 . Pembutan pengenceran 0.9% atau Larutan 3 Garam (Three Self)
Prosedur Pembutan pengenceran 0.9% atau Larutan 3 Garam (Three Self), yaitu:
������ I.����������� Sedikan aquades 500 ml dan larutan NaCl 0,45% �kemudian dicampurkan dan masukkan kedalam tabung elemenyer dan diaduk sampai homogen
��� II.����������� Kemudian masukkan masing- masing kedalam 3 tabung reksi 9 ml larutan NaCl.
�III.����������� Kemudian disterilisasikan pada suhu 1210C selama 15 menit Dan tuangkan kedalam tabung ukur yang sudah steril.
3����� . Penanaman atau Isolasi Bakteri Vibrio (pada Kerang)
Sediakan kerang 3 biji, lalu diukur panjang dan lebarnya kemudin timbang beratnya. Dimana� kerang I (P=5cm, L=4cm dan berat utuh 30,64g dan berai isi=9,06g), kerang II, (P=4,5cm, L=3cm dan berat utuh 17,90g dan berai isi=7,48g), kerang III, (P=4cm, L=3cm dan berat utuh 16,97g dan berai isi=4,62g) dengan total berat isi kerang = 21,69g. Setelah diukur kerangnya, kemudian di tumbuk atau dihaluskan dalam mangkok (Lumpang Porselin).
Prosedur Penanaman atau Isolasi Bakteri Vibrio (pada Kerang) dan pengenceran, yaitu:
Sediakan 3 tabung reaksi yang sudah diberi label 10-1 sampai 10-3 dan sedimen serta larutan three self (larutan garam). Kemudian masukan 9 ml larutan garam kedalam masing- masing tabung reksi (pengenceran) yang sudah diberi label dan disterilisasi. Setelah itu, masukan 1 gr kerang yang sudah dihaluskan kedalam tabung reaksi yang berlabel 10-1, kemidian di goyang. Kemudian ambil 1 ml sampel dari tabung 10-1 dan masukan kedalam tabung pengenceran 10-2 lalu digoyang, kmeudian ambil 1 ml sampel dari tabung pengenceran� 10-2 dan masukan kedalam tabung pengenceran 10-3 lalu digoyang. Kemudian masukan kedalam petridis yang sudah berisi media agar, dengan ketentuan :
��������� Sediakan 2 media TCBS agar dan masukan 0,1 ml sampel pengenceran 10-1 , 10-1 kemasing- masing media dan beri label.
��������� Sediakan 3 media TCBS agar dan masukan 0,1 ml sampel pengenceran 10-2 , 10-2 dan 10-2 kemasing- masing media dan beri label.
��������� Sediakan 3 media TCBS agar dan masukan 0,1 ml sampel pengenceran 10-3 , 10-3 dan 10-3 kemasing- masing media dan diberi label.
Kemudian simpan dalam lemari es atau oven� dan biarkan selama 24 � 28 jam. Setelah sampai 24� 28 jam di hitung jumlah koloni, bentuk sel dan warna pada setiap media. Kemudian untuk individu, masing- masing tanam lagi pada medi TCBS agar yang sudah tersedia dan steril, dengan menggunakan burseince dan biarkan selama 24 � 28 jam Setelah sampai 24 � 28 jam, kemudian hitung jumlah koloni, bentuk dan warna. Dan dilakukan identifikasi bakteri.
C . Identifikasi Bakteri
1 . Pewarnaan Gram
Prosedur Pewarnaan Gram, yaitu: koloni yang sudah tumbuh pada media agar NA dioleskan pada kaca preparat dan dikeringkan. Selanjutkan preparat diberi larutan crystal violet dan didiamkan selama 1 menit lalu disiram dengan air.kemudia diberi. Etil-alkohol 95% dan digoyang selama 15 dtk, setelah kering teteskan lagi Etil-alkohol 95% dan digoyang selama 15 dtk dan dicuci. Kemudian teteskan dengan larutan safranin dan biarkan selama 30 dtk lalu dicuci dengan air dan keringkan. Selanjutnya diamati dibawah mikroskop, bakteri Gram positif bewarna ungu dan Gram negatif bewarna orange atau� merah jambu.
2 . Uji Katalase
Penentuan adanya katalase diuji dengan satu tetes larutan 3% H2O2 ditambahkan pada suhu koloni yang terpisah. Adanya produksi katalase,� dilihat dari gelembung gas yang diproduksi oleh koloni tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari hasil pratikum tersebut, bahwa tidak semua media TCBS ditumbuhi oleh bakteri Vibrio Sp atau hasilnya eror. Dari hasil pratikum tersebut bahwa yang ditumbuhi hanya 3 media TCBS agar yang lainnya mengalami eror. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil isolat sampel bakteri� pada media.
No | Pengenceran | Jlh koloni | Warna | Bentuk | Gram |
1 | 10-1 (Rengki) | 8 | Putih susu Kuning | Bundar Tak beraturan dan menyebar | Negati |
10-1 (Deasi) | 11 | Putih susu Kuning | Bundar Tak beraturan dan menyebar | Positif | |
2 | 10-2 (Sepdilisari) | 2 | Putih susu Kuning | Bundar Tak beraturan dan menyebar | Positif |
10-2 - 10-3 | Gagal atau eror |
Tabel 2. Hasil identifikasi bakteri
No | penegnceran | Jlh koloni | Identifikasi | Warna sel | Bakteri Gram | Bentuk |
1 | 10-1 | 8 | Pewarnaan Gram | Ungu | Positiff | Bundar |
Uji katalase | Terjadi gelembung | Positif |
4.2. Pembahasan
Bakteri Vibrio sp. adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40�. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9�dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0�(Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996).
Morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakkan yang sudah tua.
Sifat fisiologis dan biokimia Bersifat halofilik dan dapat tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40� tetapi tidak tahan asam sehingga bakteri Vibrio dapat tumbuh pada pH 4 � 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 � 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 . Vibrio juga bersifat aerob atau anaerob facultative yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen.
Pewarnaan Gramnya : Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna ungu kemerahan, hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi.
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Irawan, 2008).
TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif). Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30�C) ). (Jawetz, dkk. 2005).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan identifikasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel kerang laut yang diperiksa terdapat bakteri Vibrio sp dalam sampel yang warna Gramnya ungu dan bersifat positif .
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar juga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40�.
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia.
5.2 Saran
Dalam melakukan pemeriksaan pada specimen, perlu memperhatikan prosedur kerja tetap identifikasi bakteri Vibrio, agar hasil identifikasi yang diperoleh murni dari satu genus bakteri yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Feliatra 1999. Identifikasi bakteri patogen (Vibrio sp) di perairan Nongsa Batam �� propinsi Riau. J Natur Indones 1I(1):28-33.
Elmanama AA. 2007. Diagnostic Medical Microbiology [terhubung berkala]. ����������� http://www.iugaza.edu.ps/emp/emp_folders/615/DiagnosticMicrobiology�� Hand_out.pdf [17 Apr 2009].
Kim YB, Okuda J, Matsumoto C, Takahashi N, Hashimoto S, Nishibuchi M. ������� 1999. Identification of Vibrio parahaemolyticus strains at the species level by PCR targeted to the toxR gene. J Clin Microbiol 37(4): 1173-77.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg�s. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: ������� Salemba Medika
Entjang I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Jawetz dkk, 2007. Mikrobiologi Kedokteran edisi 23.Jakarta: Kedokteran EGC.
����������� Anomi, 2005. Gambar Vibrio Sp.
Jawetz dkk, 2007. Mikrobiologi Kedokteran edisi 23.Jakarta: Kedokteran EGC.
����������� Anomi, 2005. Gambar Vibrio Sp.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg�s. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: ������� ssSalemba Medika
Http://id.wikipedia.org/wiki. Vibrio Sp.
Manos,J, Wagner, GE. Mycobacteria in Microbiologi and Infectious Disease.1997
Source : http://rengkiik08.blogspot.com/2011/01/deteksi-bakteri-vibrio-pada-kerang-laut.html
Pak Topik menjahitnya kopiah
Kopiah dijahit Beldu yang utuh
Wabillahi taufik walhidayah
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
0 Komentar untuk "DETEKSI BAKTERI VIBRIO PADA KERANG LAUT"